SAMPIT, KaltengTimes.co.id – Selama tiga tahun terakhir terpapar covid-19 berdampak pada sendi perekonomian. Memasuki tahun 2022 ini sedikit demi sedikit perekonomian mulai bangkit. Namun selama 2022 ini pengaruh resesi ekonomi global mulai terasa.
Salah satu dampaknya, kenaikan sejumlah harga komoditi kebutuhan pokok di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalteng tidak merata. Pasalnya, masih ada sejumlah pedagang yang mampu menjual di harga rendah dan mengaku tetap mendapatkan keuntungan.
Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kotim, Darmawati, meminta agar Pemerintah Daerah melalui instansi terkait melakukan pemeriksaan ke pasar agar mengetahui penyebab adanya perbedaan harga yang signifikan antara pedagang satu dengan lainnya.
“Jangan sampai ada oknum nakal di pasar, misalnya melakukan penimbunan. Saat stok di pasar kosong, lalu ia keluarkan dan dijual dengan harga yang lebih mahal. Sementara pedagang yang jujur, masih menjual di harga biasa,” kata Darmawati, Selasa (30/8/2022).
Salah satu contoh, disatu pasar ada pedagang yang menjual cabai dengan harga berbeda-beda. Begitu juga dengan harga daging ayam potong serta kebutuhan pokok lainnya, yang tentu banyak dibeli masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.
“Jika penimbunan terjadi, maka akan sangat berpengaruh dengan kenaikan harga. Oleh karena itu, pengawasan harus segera dilakukan oleh OPD teknis dalam hal ini Dinas Perindustrian, Perdagangan (Disperindag) Kotim,” tegasnya. Legislator Partai Golkar ini juga mengimbau kepada semua pelaku usaha untuk tidak menaikkan harga secara sepihak atau menimbun sembako apalagi mengambil kesempatan di tengah-tengah keadaan ekonomi yang masih sulit sekarang ini.
“Karena kita bersama-sama tengah berusaha bangkit pasca pandemi, jadi jangan ada yang saling merugikan. Kalau bisa saling membantu dan bangkit bersama seperti slogan kemerdekaan tahun ini yaitu pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat. Hal itu bisa kita capai dengan komitmen bersama bahwa kita bisa,” pungkasnya. (red)