KASONGAN, kaltengtimes.co.id – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Katingan, Firdaus berharap kepada masing-masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD) tidak bersifat egosektotral atau jalan sendiri-sendiri dalan kinerjanya, tapi harus selalu dukung mendukung. Harapannya ini diungkapkannya kepada sejumlah awak media, (02/6).
Maksudnya, jika Balai Latihan Kerja (BLK) di Dinas Perindustrian, Transmigrasi dan Tenaga Kerja (PTTK) Kabupaten Katingan mempunyai program pelatihan otomatif (montir), sebaiknya didukung oleh OPD atau dinas lainnya, dengan pengadaan peralatan bengkel (otomatif). “Sehingga, ketika peserta yang dilatih itu dapat mengembangkan ilmunya dengan cara membuka bengkel,” kata Firdaus
Dengan demikian para peserta menurutnya, ketika usai mendapatkan ilmu dari para instruktur tersebut, mereka dapat langsung berusaha dengan membuka jasa otomatif. Dari usaha jasanya itu bisa menghasilkan pendapatan. Bahkan, jika usaha usaha jasa otomatifnya itu meningkat serta dapat diandalkan lantaran kualitasnya baik, dinas terkait lainnya juga bisa memberikan jaminan berupa rekomendasi kepada fihak Perbankan, untuk memberikan Kredit kepada mereka.
Sehingga, lanjutnya, usaha mereka kian tahun semakin meningkat. Dengan meningkatnya usahanya itu, hasilnya bukan saja dapat membiayai anak, isteri dan keluarganya saja, tapi dapat pula meningkatkan ekonomi keluarga lainnya. “Bahkan, ke depannya tidak menutup kemungkinan bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain dengan cara merekrut beberapa keluarga untuk dijadikan asisten di bengkel yang dimilikinya itu,” ujar legislator Partai Amanat Nasional (PAN) ini.
Sebelumnya, UPT BLK Dinas Perindustrian, Transmigrasi dan Tenaga Kerja (PTTK) Kabupaten Katingan, pekan lalu telah melatih 45 orang warga Katingan. Pelatihannya dibagi dalam tiga bidang. Diantaranya pelatihan menjahit, otomatif dan pelatihan komputer. Waktu pelatihannya selama 15 hari di UPT BLK setempat.
Ketika lulus dari pelatihan, peserta hanya diberikan Snack, makan dan uang transportasi dan sertifikat saja. Sedangkan peralatan mesin jahit, peralatan bengkel dan peralatan komputer untuk mereka dalam rangka mengembangkan ilmu yang diperolehnya dari pelatihan tersebut tidak ada, dengan alasan terbatasnya anggaran. (red)