BANJARMASIN, kaltengtimes.co.id-Provinsi Kalimantan Selatan merupakan daerah yang terkenal kaya akan sumber daya alam khususnya tambang. Bahan galian tambang yang ditemukan di wilayah Kalimantan Selatan terdiri atas bahan galian energi, bahan galian logam, maupun bahan galian industri.
Bahan galian seperti batubara dan bijih besi merupakan komoditi unggulan yang menjadikan sektor pertambangan menjadi salah satu leading sektor dalam menopang perekonomian Kalimantan Selatan.
Selain batubara dan bijih besi, Kalimantan Selatan juga dikenal sebagai produsen intan terbesar di Indonesia. Pendulangan dan penggosokan intan dapat dijumpai di Kota Martapura, Kabupaten Banjar.
Data Bea Cukai menyebutkan, perkembangan nilai ekspor Kalsel berdasarkan komoditi pada tahun 2023 terdiri enam sektor unggulan di Kalsel, seperti produk karet alam, kelapa sawit, kayu, rotan, perikanan, dan Tambang.
Namun, faktanya, komoditi batu bara menjadi yang terbesar, dan kini menjadi komoditi utama dalam perkembangan ekspor di Kalimantan Selatan.
Meski sempat sedikit terjadi penurunan di akhir tahun 2022, sektor unggulan ini kemudian meningkat pada Maret 2023.
Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan H Birsani mengatakan, ekspor batu bara kalsel memang terjadi sedikit penurunan.
Pada tahun 2022 berbanding dengan 2023 terutama di Desember dengan Januari 2023 terjadi sedikit penurunan sekitar 9 persen, kemudian Januari berbanding Februari terjadi penurunan ekspor. Di bulan Maret terjadi peningkatan signifikan 28,8 persen.
“Tak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, negara ekspor batu bara antara lain, Australia, Cina, Finlandia, Hongkong, Thailand, dan Malaysia,” kata H Birsani, (25/4).
Sementara untuk necara perdagangan Kalsel masih mengalami surplus, artinya lebih tinggi nilai ekspor dibanding impor.
Sebagai komoditas utama ekspor tambang di Kalimantan Selatan, hilir mudik angkutan tongkang batu bara memang menjadi pemandangan sehari-hari warga yang berada di bantaran Sungai Barito, Salah satu sungai terbesar di Pulau Kalimantan.
Angkutan tambang batu bara ini memang bukan hanya hasil dari Kalsel melainkan juga hasil kekayaan SDA dari provinsi tetangga seperti Kalimantan Tengah.
Tongkang-tongkang bermuatan rata-rata 8000 ton ini dibawa melintasi sungai hingga laut, dan sebagian dibawa dengan kapal vessel dengan kapasitas puluhan ribu ton.
Ketua Asosiasi Pemegang Izin dan Kontraktor Tambang atau Aspektam Kalimantan Selatan Solihin mengakui, harga batu bara saat ini memang turun, namun tidak berpengaruh terhadap perkembangan penjualan batu bara di Kalimantan Selatan.
Solihin menambahkan, batu bara di Kalimantan Selatan saat ini cukup menjanjikan, namun pengusaha harus tetap waspada dengan isu-isu yang mengancam yakni adanya energi terbarukan dan persoalan harga. (and)